Kiamat dalam Nubuwat Rasulullah saw
Pada hakikatnya, secara naluri tidak seorangpun yang menolak akan berakhirnya sebuah kehidupan. Tidak ada yang memungkiri bahwa setiap makhluk yang hidup pasti memiliki ajal. Setiap kita terikat oleh ruang dan waktu, tidak ada satupun makhluk yang memiliki kebebasan mutlak dalam hidupnya.
Sekufur apapun ideologi yang dianut oleh manusia dan seingkar apapun hati mereka terhadap adanya hari kebangkitan, namun kelak mereka akan dipaksa untuk mengakui bahwa ada satu kehidupan yang benar-benar akan mereka jalani. Mereka yang saat ini merasa sah-sah saja menganut ideologi atheisme dan paham antituhan, kelak akan mengetahui mengetahui bahwa apa yang mereka yakini tidak memberi manfaat sama sekali bagi satu fase kehidupan mereka. Orang-orang yang memiliki paham semacam itu sebenarnya sedang menghibur diri (baca: menipu diri) agar kegelisahan dan kegundahan hidup mereka tidak terbaca oleh orang lain. Mereka tetap ingin tampil sebagai manusia-manusia yang terkesan merdeka dalam hidupnya, padahal mereka menjadi budak dari paham dan ideologi yang dianutnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? (QS. Al-Jatsiah: 23)
Benar, mereka yang mengingkari akhirat dan kehidupan lain di luar dunia ini pada hakikatnya sedang diperbudak oleh hawa nafsunya, ia tersesat, tergelincir dan dibiarkan Allah terlunta-lunta mengarungi gelapnya kehidupan. Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya, bahkan meletakkan penutup di atas matanya. Lalu, bagaimana nasib akhir perjalanan seseorang yang tidak lagi berfungsi mata, telinga dan hatinya? Mungkinkah ia akan sampai pada tujuannya dengan selamat dan sentausa?
Orang-orang itu tidak mampu mengambil pelajaran dari orang-orang yang telah mendahului mereka, bahkan ketika malaikat kematian itu juga mendatangi kedua orangtua, anak-anak, kerabat dan sanak keluarga mereka, bahkan orang yang paling mereka cintai. Bahkan, ketika mereka menyaksikan beratnya penderitaan orang-orang terkasihnya saat meregang nyawa, mereka tetap ’teguh pendiriannya’ dan mengatakan Dan mereka berkata: “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa”, dan mereka sekali-kali tidak memunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja. (QS. Al-Jatsiah: 24)
Barangkali, mereka baru akan mengakui baik terpaksa maupun suka rela manakala kematian itu benar-benar mendatangi dirinya. Saat malaikat maut itu benar-benar menampakkan sosoknya yang asli. Saat malaikat itu memperlihatkan apa yang kelak akan dijalaninya pada kehidupan berikutnya.
Sebagaimana yang pernah diulas pada buku-buku yang telah diterbitkan Granada Mediatama sebelumnya , Abad 21 ini merupakan zaman di mana hampir semua nubuwat Rasulullah Saw. tentang peristiwa-peristiwa besar telah terjadi. Untuk nubuwat-nubuwat yang bersifat umum –seperti banyaknya gempa, tersebarnya zina dan riba, merebaknya judi dan arak, banyaknya banjir, longsor, perubahan wajah, dan banyak amanat yang selewengkan – barangkali setiap kita sangat dengan mudah untuk memahaminya. Di setiap tempat dan di setiap waktu kejadian-kejadian itu terus terulang, meski secara kwantitas dan kwalitas saat ini jauh lebih menggila dari masa-masa sebelumnya. Yang pasti, sudah menjadi sunnatullah bahwa semakin canggih sarana dan teknologi suatu kelompok, maka semakin hebat pula produk maksiat yang keluarkan.
Adapun nubuwat-nubuwat beliau yang bersifat khusus, maka berbagai peristiwa besar di abad 21 ini juga memaksa kita untuk berfikir dan merenung, inikah masa-masa yang dijanjikan oleh Rasulullah saw? Peristiwa boikot bangsa barat terhadap Iraq, invasi mereka atas negeri Baghdad, eksplorasi manusia-manusia jahat atas minyak-minyak Saudi, ide pengalihan air sungai Eufrat ke wilayah tandus di tanah Jazirah yang diprediksi akan membuatnya kering (yang akan berimbas pada munculnya gunung emas di sungai Eufrat), tanda-tanda kemunculan pasukan panji hitam dari Khurasan, fitnah Duhaima’ dan berbagai peristiwa dahsyat lainnya, semua itu memberikan isyarat bahwa hari-hari yang dijanjikan itu seakan-akan sudah di ambang pintu. Termasuk tema yang saat ini sedang kita bahas, fenomena super megabencana yang juga telah banyak dijelaskan oleh Rasulullah saw dalam banyak nubuwatnya.
Benar, sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat merupakan sesuatu yang dirahasiakan oleh Allah azza wa jalla, yang tidak diperlihatkan kepada siapapun, baik nabi maupun malaikat. Tidak seorangpun yang mengetahuinya secara pasti selain Allah. Allah azza wa jalla hanya memberikan tanda akan dekatnya kedatangan hari kiamat, yang kesemuanya diceritakan secara detil melalui lisan Rasulullah Saw. Ketika beliau menceritakan beberapa perkara yang berkaitan dengan hari kiamat, maka banyak di antara sahabat yang bertanya tentang hari kiamat secara pasti; kapankah ia akan terjadi? Menyikapi pertanyaan-pertanyaan yang seperti ini, maka beliau menjelaskan bahwa yang ditanya tidak lebih mengerti dari yang bertanya. Kepada mereka Rasulullah Saw menjelaskan bahwa kejadian kiamat adalah sesuatu yang bersifat ghaib, tidak seorangpun yang mengetahuinya selain Allah azza wa jalla. Hal itu sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur’an :
Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: “Bilakah terjadinya?” Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Rabbku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba”. Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (QS. Al-A’raf: 187)
Adalah Syaikh Nashir As Sa’di (57 tahun yang lalu), pernah mengatakan bahwa (sebagian) bangsa Ya’juj wa Ma’juj sudah keluar dan bangsa Dajjal sudah menampakkan diri dengan munculnya tiga fitnah (materialisme, atheisme dan zionisme). Jika seperti itu statement beliau lebih dari setengah abad yang lalu, maka seperti apakah fenomena itu saat ini? Jika di zaman As Sa’di masih banyak negeri-negeri yang belum terjamah dengan teknologi (fitnah) Dajjal, maka hari ini dunia memberikan kesaksian bahwa hampir sebagian besar wilayah dunia telah dimasukinya. Maknanya, kedekatan akhir zaman bukanlah sebuah khayal dan ilusi. Ia benar-benar di depan mata, dikuatkan dengan nash-nash syar’i dan dibuktikan dengan berbagai fenomena alam.
Benar, kita adalah umat akhir zaman, umat yang diberitakan oleh Rasulullah saw dengan berbagai tanda-tanda kehancuran dunia. Rentang waktu 15 abad antara kita dengan Rasulullah saw semakin menambah kedekatan kita dengan hari akhir. Bukankah diutusnya beliau saw sendiri merupakan salah satu tanda kiamat?
Benar, kita adalah umat akhir zaman, umat yang diberitakan oleh Rasulullah saw dengan berbagai tanda-tanda kehancuran dunia. Rentang waktu 15 abad antara kita dengan Rasulullah saw semakin menambah kedekatan kita dengan hari akhir. Bukankah diutusnya beliau saw sendiri merupakan salah satu tanda kiamat?
Rasulullah saw bersabda,
(Waktu) aku diutus dan (terjadinya) Kiamat seperti jarak antara dua hal ini, perawi berkata: “Beliau pun membuat isyarat dengan kedua jari beliau, lantas merenggangkan keduanya.
Rasulullah saw bersabda, “Ajal kalian itu antara shalat Ashar dan terbenamnya matahari.
Nabi bersabda, “Tiadalah umur kalian dibandingkan dengan umur orang dahulu kecuali seperti sisa siang hari yang sudah lewat.
(Waktu) aku diutus dan (terjadinya) Kiamat seperti jarak antara dua hal ini, perawi berkata: “Beliau pun membuat isyarat dengan kedua jari beliau, lantas merenggangkan keduanya.
Rasulullah saw bersabda, “Ajal kalian itu antara shalat Ashar dan terbenamnya matahari.
Nabi bersabda, “Tiadalah umur kalian dibandingkan dengan umur orang dahulu kecuali seperti sisa siang hari yang sudah lewat.
Anas berkata, Rasulullah saw bersabda: “Aku diutus dan (jarak waktuku dengan terjadinya) Kiamat, seperti dua hal ini. “Anas berkata: “Kemudian beliau menggenggam jari telunjuk dan jari tengah. ‘
Demikianlah beberapa keterangan dari sunnah Rasulullah saw yang diperkuat dengan realita kekinian. Kedekatan zaman kita dengan apa yang dijanjikan oleh Rasulullah saw tentang akhir zaman hanyalah menunggu masa. Sesungguhnya kiamat itu kian mendekat.
Demikianlah beberapa keterangan dari sunnah Rasulullah saw yang diperkuat dengan realita kekinian. Kedekatan zaman kita dengan apa yang dijanjikan oleh Rasulullah saw tentang akhir zaman hanyalah menunggu masa. Sesungguhnya kiamat itu kian mendekat.
Manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit. Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang hari berbangkit itu hanya di sisi Allah”. Dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh jadi hari berbangkit itu sudah dekat waktunya. (QS. Al-Ahzab: 63)
Dikutip dari buku : KIAMAT 2012, antara Ramalan, Sains dan Tinjauan Nubuwat Akhir Zaman
0 comments:
Post a Comment
Sila beri pandangan anda, elakkan dari kata nista atau kata-kata di luar peradaban. Pandangan Tulus dari anda amat dihargai, terima kasih.