Monday, February 22, 2010

Bani Qanthura’ atau Keturah?

Pesanan Rasulullah saw. tentang  Iraq di akhir zaman

Salah satu riwayat ‘ajaib’ tentang nasib Iraq di akhir zaman adalah riwayat tentang invasi Bani Qanthura terhadap Iraq. Dalam sebuah hadits shahih Rasulullah menjelaskan bahwa di akhir zaman akan terjadi  penyerbuan bangsa Qanthura’ terhadap Bashrah, sebuah negeri kaum muslimin yang berada di tepi sungai Dajlah (Tigris hari ini). Dalam peperangan tersebut umat Islam berhasil mengalahkan bangsa Qanthura’. 
Dari Abu Bakrah bahwasanya Rasulullah telah bersabda:
“Akan ada segolongan kaum dari umatku yang menetap di sebuah daerah yang mereka namakan Bashrah, di sisi sebuah sungai yang disebut Dijlah (Dajlah), dan di atas sungai itu ada sebuah jembatan. Penduduk daerah itu akan bertambah banyak, dan ia akan menjadi salah satu negeri dari negeri-negeri orang-orang yang berhijrah. [Perawi Muhammad ibnu Yahya berkata: Abu Ma’mar meriwayatkan dengan mengatakan: negeri-negeri kaum muslimin].

Kelak di akhir zaman Bani Qanthura’ yang berwajah lebar dan bermata sipit akan datang menyerbu, sehingga mereka mencapai tepian sungai Dajlah. Pada saat itulah penduduk daerah itu akan terpecah menjadi tiga kelompok. Satu kelompok mengikuti ekor sapi (menuntun binatang mereka) dan menyelamatkan diri ke pedalaman, Mereka akan binasa. Satu kelompok lainnya memilih menyelamatkan dirinya dengan jalan memilih kekafiran. Adapun kelompok terakhir menempatkan keluarganya di belakang punggung mereka dan bertempur melawan musuh. Mereka itulah orang-orang yang akan mati syahid.” HR. Abu Daud, dihasankan oleh Al Albani. 

Dalam lafal yang lain diterangkan bahwa sisa-sisa kelompok umat Islam yang berperang ini akan mampu mengalahkan Bani Qanthura’: “Adapun satu kelompok yang terakhir menempatkan keluarganya di belakang punggung mereka dan mereka maju berperang menyongsong musuh. Orang-orang yang terbunuh di antara mereka adalah orang-orang yang mati syahid, dan Allah akan melimpahkan kemenangan kepada mereka melalui orang-orang yang tersisa.” HR. Ahmad-shahih.

Siapa Sebenarnya Bani Qanthura’?
Banyak hadits yang menjelaskan beberapa ciri Bani Qanthura’, di antaranya mereka memiliki wajah yang lebar dan mata yang sipit. Ciri seperti ini juga dimiliki oleh Bangsa Turk (bukan Turki saat ini). Imam al-Bukhari sendiri menempatkan hadits shahih ini dalam bab “Qital al-Turk”, perang melawan bangsa Turk. Begitu pula imam Ahmad, Abu Daud, Abu Bakr bin Syaibah, dan para ulama lain menempatkan hadits tentang Bani Qanthura’ di atas dalam kumpulan hadits yang membahas perang umat Islam melawan bangsa Turk. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, salah satu perawinya yang bernama al-‘Awwam bin Hausyab mengatakan : “Bani Qanthura’ adalah bangsa Turk.”

Bangsa Turk yang dimaksudkan dalam dalam banyak riwayat, wallahu a’lam bi-shawab, tidak terbatas pada penduduk sebuah negera yang kini dikenal dengan nama internasional Republik Turki semata. Sekalipun Republik Turki hari ini adalah sebuah negara sekuler yang didirikan oleh Musthafa Kamal Al-Yahudi, namun mayoritas penduduknya adalah kaum muslimin. Padahal hadits-hadits shahih di atas menyebutkan bahwa bangsa Turk yang memerangi kaum muslimin di akhir zaman adalah orang-orang kafir.

Jika mereka bukan penduduk negera yang hari ini dikenal dengan nama Republik Turki ini, lantas siapa gerangan bangsa Turk yang akan memerangi kaum muslimin di akhir zaman tersebut ?

Imam  Syamsul Haq ‘Azhim Abadi dalam ‘Aunul Ma’bud Syarh Sunan Abi Daud menulis bahwa riwayat imam Muslim dengan lafal ‘mereka memakai pakaian yang terbuat dari bulu, dan memakai alas kaki yang juga terbuat dari bulu’ secara tegas menunjukkan bahwa pakaian mereka terbuat dari bulu, demikian pula halnya dengan alas kaki (sandal dan sepatu) mereka. Sebagaimana dikatakan oleh imam Ibnu Dihyah dan para ulama yang lain, model pakaian seperti ini disesuaikan dengan iklim lingkungan tempat mereka tinggal. Mereka tinggal di daerah-daerah yang diselimuti oleh salju-salju yang sangat tebal.

Dari berbagai hadits shahih yang menyebutkan ciri-ciri fisik dan kondisi geografis negeri bangsa besar Turk ini, setidaknya para pakar hadits dan sejarah telah bole meraba-raba suku bangsa dan negeri mana saja yang tergolong dalam keluarga besar bangsa dan negeri Turk. Negeri-negeri dingin bersalju menjadi salah satu ciri tempat kediaman mereka.

Amerika dan Eropa Termasuk Bani Qanthura yang akan Menggempur Bashrah ?
Yang dimaksud dengan Romawi atau Ar-Rum dalam hadits-hadits akhir zaman dan kemunculan imam Mahdi adalah bangsa-bangsa Eropa. Pada beberapa abad yang lalu, sebagian dari mereka telah bermigrasi ke Benua Amerika dan Australia. Mereka adalah anak cucu bangsa Romawi dan para pewaris Imperium Romawi Barat dan Imperium Romawi Timur (Bizantium) yang bersejarah itu.

Memang benar bahwa nama Romawi saat surat Ar-Rum turun dan hadits-hadits shahih yang disabdakan oleh Nabi merujuk pada penguasa Imperium Romawi Timur. Akan tetapi, fakta ini tidak menafikan pandangan yang menyatakan bahwa orang-orang Eropa Barat, Amerika, dan Australia saat ini merupakan kelanjutan dari Imperium Romawi, baik secara politik ataupun kebudayaan. Karena itu, bangsa Prancis, Inggris, Jerman, ataupun selainnya yang hidup di daratan Benua Eropa merupakan komponen-komponen pewaris Imperium Romawi dalam hal kebudayaan, politik, dan agama.

Invasi Amerika ke Iraq Maret 2003
Tanggal 20 Maret 2003 M. Setelah tembakan salvo pada hari itu, 5 kapal induk AS, di antaranya ialah USS Carl Vinson, USS Kitty Hawk dan USS Theodore saling berlomba menembakkan rudal-rudal jelajah Tomhawk ke Irak. Ratusan pesawat tempur dan puluhan ribu tentara AS dan sekutunya ikut pula menyemarakkan gelar kekuatan militer dalam Perang Teluk Jilid II ini.

Kini banyak orang mereka-reka, apakah Amerika Serikat dan Inggris yang memimpin penyerbuan koalisi Sekutu ke Iraq di bulan Maret 2004 yang lalu termasuk ke dalam kelompok Bani Qanthura’ yang menyerbu Basrah? Dengan kata lain, apakah Bani Qanthura’ dalam hadits tersebut dapat dimaknai Amerika dan sekutunya?

Secara nash memang tidak diketemukan dalil yang menunjukkan Amerika dan sekutu-sekutunya sebagai Bani Qanthura’ yang menyerang Basrah. Meski demikian, apabila hadits-hadits yang menyebutkan tentang serangan Bani Qanthura’ dan bangsa Turk tersebut kita bandingkan dengan sifat-sifat Amerika dan sekutu-sekutunya yang kini menduduki Iraq, akan ditemukan kesamaan sebagian —bukan seluruh— sifat antara Bani Qanthura’-bangsa Turk dan Amerika-sekutu. Sebagian kesamaan tersebut adalah:

Pertama, Amerika, Inggris, dan sekutu-sekutunya yang melakukan invasi militer ke Iraq termasuk dalam kelompok negara yang mengalami empat musim, dan salah satu musim tersebut adalah musim salju. Pada musim tersebut, mereka terbiasa memakai pakaian yang tebal dari bulu. Keadaan seperti ini sesuai dengan sebagian ciri yang disebutkan dalam hadits, yaitu ‘mereka memakai pakaian yang terbuat dari bulu, dan memakai alas kaki yang juga terbuat dari bulu’.

Kedua, Sikap kaum muslimin penduduk Basrah, kota-kota di Iraq dan negara-negara muslim lainnya dalam menghadapi invasi militer AS dan sekutu-sekutunya. Secara umum, sikap mereka terbagi menjadi tiga. Sekelompok penduduk Iraq memilih untuk murtad, dengan bergabung bersama pasukan inbasi militer AS dan sekutunya. Mereka rela menjadi mata-mata, penerjemah, polisi, atau pejabat dalam pemerintahan transisi buatan AS dan sekutu-sekutunya. Demi mendapat keuntungan duniawi yang sedikit, mereka berkhianat kepada agama dam bangsa.

Sekelompok lainnya memilih menyelamatkan diri sendiri dan keluarganya, baik dengan jalan mengungsi ke negara lain maupun berpindah ke daerah-daerah di Iraq yang dirasa lebih aman. Untuk menyelamatkan diri dan hartanya, mereka memilih bersikap pasif. Mereka enggan terlibat dalam gerakan-gerakan perlawanan yang berjuang untuk mengusir agresor AS dan sekutunya.

Sekelompok terakhir memilih terlibat secara aktif dalam gerakan perlawanan untuk mengusir agresor AS dan sekutu-sekutunya. Mereka rela meninggalkan harta dan keluarganya demi membebaskan negeri Islam tersebut dari penjajahan tentara kafir. Sebagian di antara mereka gugur di medan perjuangan. Sebagian lainnya terluka. Sebagian sisanya tertawan. Dan selebihnya, insya Allah, akan memetik kemenangan atas musuh-musuh Islam.
Keadaan ini mirip dengan kondisi yang disebutkan dalam hadits di atas, “Pada saat itulah penduduk daerah itu akan terpecah menjadi tiga kelompok. Satu kelompok mengikuti ekor sapi (menuntun binatang mereka) dan menyelamatkan diri ke pedalaman, Mereka akan binasa. Satu kelompok lainnya memilih menyelamatkan dirinya dengan jalan memilih kekafiran. Adapun kelompok terakhir menempatkan keluarganya di belakang punggung mereka dan bertempur melawan musuh. Mereka itulah orang-orang yang akan mati syahid.” 

Ketiga, secara nasab bangsa Amerika, Inggris, dan Eropa memang tidak termasuk dalam rumpun bangsa Turk. Meski demikian, bapak moyang mereka adalah sama. Menurut imam Abu Amru, Ali Mula al-Qari, dan sebagian besar pakar sejarah mereka semua adalah anak keturunan Yafits bin Nuh. Yafits bin Nuh menurunkan anak keturunan yang kelak menjadi bangsa Turk, Eropa, Cina, Jepang, Mongol dan lain-lain. Dan karena mayoritas penduduk Amerika Serikat awalnya adalah imigran Kristen dari Eropa, maka secara nasab bangsa Amerika Serikat adalah bagian dari Eropa.

Demikianlah beberapa ciri lahir Amerika dan Eropa yang memiliki kemiripan dengan bani Qanthura. Meskipun demikian, hal itu tidak secara otomatis dapat membuat kita dapat memastikan bahwa mereka adalah Bani Qanthura’. Namun demikian umat Islam boleh memetik banyak hikmah penting berkaitan dengan invasi militer AS dan sekutunya ke Irak ini. Salah satunya adalah bagaimana setiap muslim bersikap terhadap fenomena semua bentuk invasi bangsa barat ke negeri-negeri umat Islam. Selalunya dalam setiap penjajahan penduduk setempat akan terbelah menjadi tiga kelompok; yang berjuang untuk melawan, yang bergabung dengan musuh dengan cara berkhianat, dan yang mencari aman dengan tidak memihak kepada siapapun. Dan hasil akhir serta nasib mereka sudah dijelaskan dalam hadits di atas.

Hikmah lainnya adalah bahwa peristiwa invasi Amerika ke Iraq mengajarkan kepada kita; kepada siapa kita akan bergabung ? Sungguh, Rasulullah telah menjanjikan kemenangan dan pertolongan Allah bagi kelompok pejuang Islam ini dalam hadits-hadits tentang ath-thaifah al-manshurah, di antaranya dalam hadits: Akan senantiasa ada sekelompok umatku yang menegakkan agama Allah, orang-orang yang memusuhi mereka maupun tidak mau mendukung mereka sama sekali tidak akan mampu menimpakan bahaya terhadap mereka. Demikianlah keadaannya sampai akhirnya dating urusan Allah.” (HR. Bukhari)

Wallahu A’lam bish-shawab.

Rizal on
Terima kasih atas tulisannya. Saya sudah lama mencari nasab ras cina (mongoloid), baru mendapat titik terangnya dalam tulisan ini meskipun mungkin penafsiran kita tidak sama.

Nubuwat Rasulullah s.a.w dalam hadis sahih di atas saya yakin telah terjadi, yaitu ketika bangsa mongol menaklukkan dan menghancurkan Baghdad pada 1253 M. Jelas sekali cirinya: wajah lebar dan mata sipit. Dalam nubuwat tersebut, wajah lebar dan mata sipit inilah penakluknya. Mereka bukan menumpang penaklukan bangsa lain atas Baghdad seperti diandaikan di atas bahwa bangsa Jepang dan Korea menumpang penaklukan bangsa Amerika dan Inggris atas Iraq. Ingat, mata sipit inilah aktor utamanya.
Mereka juga kemudian dikalahkan di Syam dan mundur kembali hingga ke Asia Tengah. Tepat seperti lahiriah teks hadis tersebut. Keturunan bangsa Rum (Amerika & Inggris) sama sekali tidak menepati ciri mata sipit dan wajah datar/lebar. Bangsa mongol adalah bangsa yang berbaju dan bersepatu bulu. Lihat penggambaran bangsa mongol kuno dalam film-film sejarah cina. Persis seperti itu.

Yang menarik buat saya adalah sebutan “Bani Qanthura” untuk bangsa sipit dan wajah lebar ini. Qanthura adalah istri ketiga Nabi Ibrahim a.s. Dari beliau, Nabi Ibrahim memperoleh 6 anak, di antaranya Madyan yang menurunkan bangsa Madyan di mana Nabi Syuaib diutus pada mereka.

Di kitab yang dipegang oleh Ahlulkitab, dituliskan bahwa Nabi Ibrahim memerintahkan anak-anaknya ini mengembara ke timur. Lokasi negeri cina sekarang memang ada di timur Syria/Palestina, tempat tinggal Nabi Ibrahim dulu.

Yang belum ketemu sambungannya adalah, bangsa cina sudah membuat peradaban besar dekat dengan zaman Nabi Ibrahim. Kalau Nabi Ibrahim baru menyuruh anak-anaknya untuk bergerak ke timur, tak mungkin dalam waktu singkat mereka sudah mampu membuat peradaban besar melibatkan jutaan orang. Padahal untuk membuat peradaban besar, perlu ratusan bahkan ribuan tahun menetap di suatu tempat.
Wallahua’lam.

 
anakjawi on


Saya berpandangan ia adalah bangsa China Monggoloid. Bangsa yang amat ganas dan kejam. Tidak ada bangsa yang berwajah lebar dan bermata sepet selain kaum ini. Mereka dari kawasan gurun yang sejuk, berpakaian bulu binatang. Dalam sejarah juga menyebutkan kaum monggol ini ada kaitan dengan bangsa Asia Tengah dan bangsa Khazars sedarah kaum turk.

Tidak mustahil, mereka akan mengulangi sekali lagi bersama rakan sosialis bangsa Rusia. Perang Dunia ke3? Persoalan kenapa Baghdad? Ia adalah laluan dalam kancah perang Asia Barat yang diterajui Israel dan USA, satu kemungkinan.

Jika ia telah berlaku zaman Abbasid dahulu, ada kemungkinan fitnah Dajjal sudah tersebar luas ketika itu. Hanya Salahuddin al Ayubi sahaja yang gagah berani menentang musuh Islam. Mungkin inilah maksud 1/3 kaum muslimin seperti yang disebut dalam hadis tersebut. w/a

sumber asal

1 comments:

Anonymous said...

Kalau mau mengetahui silsilah bangsa Turki silahkan baca di dalam kitab Rauzatussafa, Shajaratul Ul Atrak ataupun Akbarnama yang menjelaskan silsilah bangsa Turki. Kemungkinan besar Nabi Ibrahim kawin dengan keturunan Turki bin Gomer Bin Yafith. Makanya wanita yang dikawini disebut dengan Bani Qanthura (Keturah) atau Khan dari Turki. Insya Allah silsilah ini akan ditampilkan di dalam website www.database-sufi.com di bagian qisash

Post a Comment

Sila beri pandangan anda, elakkan dari kata nista atau kata-kata di luar peradaban. Pandangan Tulus dari anda amat dihargai, terima kasih.

 
Copyright 2009 abatasa ii. Powered by Blogger Blogger Templates create by Deluxe Templates. WP by Masterplan